"Sepuluh ribu... dua puluh ribu.... lima puluh ribu.... " Liana sibuk menghitung uang yang diterimanya dari kakek, Om John, Tante Tina, serta para kerabatnya yang lebih tua dan sudah bekerja, ketika bersilaturahmi dengan mereka saat Lebaran tiba. Liana menerawang, membayangkan apa saja yang akan dibelinya dengan uang tersebut. Dibelikan boneka? Koleksi bonekanya sudah banyak. Baju? Kemarin baru saja beli baju Lebaran. Hmm... jadi untuk apa lagi, ya?
Memang, saat Lebaran tiba, biasanya papa, mama, atau kerabat-kerabat dekat akan membagi-bagikan uang Lebaran kepada anak-anak. Jumlah uang yang kita dapatkan saat itu memang tidak bisa kita perkirakan, karena tergantung dari si pemberi. Yang jelas, lumayan untuk menambah uang saku kita! Selain itu, bisa untuk membeli barang yang kita idam-idamkan selama ini tanpa harus meminta uang dari mama dan papa.
Meskipun sah-sah saja membelanjakan uang yang kita peroleh itu untuk membeli apa saja yang kita sukai, akan lebih baik lagi kalau kita mengatur penggunaannya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Tidak ada salahnya kita belajar mengelola uang yang kita miliki sejak dini, sehingga kita akan terbiasa hidup hemat dan cermat. Lebih bijak lagi bila kita bisa menyisihkan uang yang kita peroleh itu untuk membantu sesama yang masih kekurangan.
Atau tentu saja, kita bisa gunakan prinsip utama dalam mengelola uang, yaitu menabungnya. Supaya lebih cerdik lagi, bila bank sudah buka setelah Lebaran, kita bisa meminta bantuan mama dan papa untuk membuka rekening khusus di bank supaya uang itu tetap terjaga. Kelak, rekening itu bisa kita gunakan untuk menyimpan 'uang-uang hadiah' lainnya, misalnya uang yang kita dapatkan saat berulang tahun. Bila rekening itu khusus untuk menyimpan uang seperti itu, besar kemungkinan kita 'lupa' akan adanya rekening itu sehingga uangnya tetap utuh dan tidak diambil setiap saat.
No comments :
Post a Comment